sering kali kita mendengar atau bahkan berkometar bahwa korupsi sudah membudaya di Indonesia dari tingkat nasional hingga ke lingkungan sekitar kita. sungguh saya sangat tersinggung jika korupsi dikatakan sebagai budaya. memang tidak bisa kita pungkiri bahwa korupsi sudah terlalu akut di negeri ini tapi jangan pernah sekali pun mengatakan korupsi menjadi budaya. yang ada adalah korupsi telah merajalela dan mewabah.
dalam kamus besar bahasa indonesia, budaya berarti pikiran atau akal budi. sedangkan dalam arti yang kita pahami sehari-hari, budaya berarti hasil cipta, rasa, dan karsa (hasrat) manusia. cipta, rasa, dan karsa bukan hanya buah dari pemikiran otak saja tapi hari memiliki peran besar di sana. seni adalah salah satu wujud dari hasil budaya. ketika kita sedang menikmati sebuah karya seni, kita tidak hanya bermain pada akal saja tapi hati juga ikut merasakannya. jika seseorang menikmati suatu karya seni, baik itu seni rupa, gerak, musik, atau jenis seni lainnya, jika hanya dirasa oleh akal tanpa adanya campur tangan hati, itu menandakan ia belum bisa merasakan karya seni. atau bagi seorang seniman, tidak akan bisa menciptakan sebuah karya seni yang hebat jika hanya bermain di ranah akal tanpa melibatkan hati dalam karyanya.
untuk bisa memaknai sebuah budaya, kita tidak harus menjadi seniman. tapi kita seyogyanya mengambil nilai sebagaimana yang dimiliki oleh seniman yaitu melibatkan hati dalam setiap perbuatan kita. lalu bagaimana kita tahu bahwa kata hati kita benar atau salah? kata hati yang benar akan selalu ditandai dengan dijaganya hati oleh Tuhan dan kata hati yang salah adalah yang selalu diliputi oleh nafsu yang selalu dibisikkan oleh syaitan dan menggiring akal kita pada nafsu pula. agar hati ini selalu dijaga oleh Tuhan, maka kita harus menjaganya dengan firman Tuhan yang telah diwujudkan dalam kitab suci Al Quran dan dikuatkan oleh sabda Rasulullah dalam Al Hadist. hal ini untuk menjaga agar fikiran kita yang mudah terjerumus dalam bisikan nafsu.
kembali kepada korupsi, apakah korupsi bisa dikatakan sebuah budaya? apakah selama ini kasus korupsi selalu dilandasi dengan cipta, rasa, dan karsa yang dilandasi oleh kitab suci? semua dari kita akan sepakat bahwa jawabannya adalah "tidak". korupsi hanya bermain pada ranah akal dan akal ini telah dibumbui oleh nafsu yang dibisikkan oleh syaitan. korupsi adalah tindakan mencuri dan menipu. ketika suatu kali seseorang menipu dan/atau mencuri dan tidak ketahuan, akan semakin besar nafsu untuk melakukannya kembali.
jadi, hentikan pernyataan kita bahwa korupsi adalah budaya, tapi korupsi adalah nafsu syaitan dan syaitan adalah musuh yang nyata.
=-=-=-=-=
Powered by Blogilo
Powered by Blogilo