Beberapa waktu yang lalu saya membuat postingan mengenai kenaikan harga BBM dan bagaimana kita menyikapinya. kali ini masih berkaitan dengan harga BBM tetapi lebih bersifat idealisme. saya benci dengan pernyataan "jangan terlalu idealis" karena idealisme-lah yang bisa menjaga kita dari hal yang tidak sesuai.
ketika subsidi BBM benar-benar dicabut, masyarakat akan dipaksa menggunakan pertamax yang notabene adalah produk minyak yang sepenuhnya bisnis korporasi. sebagaimana Jepang, Amerika Serikat, dan lain sebagainya, masyarakat pengguna kendaraan adalah pasar. sehingga kalimat "bumi dan semua isinya dikuasai negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat" sudah tidak relevan lagi. bisa jadi suatu saat karena tidak relevan lagi, pasal tersebut di UUD 1945 akan dihapus.
dengan kata lain, ekonomi pancasila sudah tidak lagi melekat pada diri Bangsa Indonesia. istilah jasmerah hanya akan menjadi selogan tanpa nyawa karena kita telah melupakan sejarah. para pendiri negara ini sudah menyusun sedemikian rupa agar negara ini bisa mandiri khususnya ekonomi dan berdiri atas dasar pancasila. ketika BBM bersubsidi telah hilang dan BBM yang dijual adalah pertamax, maka Indonesia telah menjadi negara liberal.
jadi, kenaikan harga BBM bukan sekedar mau tidak mau mengeluarkan uang dua ribu rupiah untuk membeli premium tetapi akibat ke depan adalah kita menjual negeri ini kepada pemilik modal di bidang migas.
betewe, masihkah ada yang tahu berapa harga minyak tanah seliter setelah kita tida tahu ada subsidinya atau tidak? kemarin saya beli seharga Rp 13.500,- bisa jadi suatu saat kita pun tidak tahu berapa harga premium. :)