Di antara penatnya (atau lebih tepatnya "membosankan") aktivitas, saya semalam menyempatkan diri datang ke ICCC2015. Saya datang bukan sebagai peserta, melainkan hanya penggembira saja yang ingin ikut menikmati suasana yang dihadirkan yang katanya membuat Solo sebagai kota kreatif. Di malam tadi, berlokasi di Benteng Vastenburg, ditampilkan suara deling atau pagelaran musik yang berasal dari bambu. Selain itu, ada pula ICCN Expo yang menampilkan berbagai produk kreatif baik dari Solo, Jawa Tengah, maupun dari luar Jawa Tengah. Salah satunya yang menarik perhatian saya, adalah adanya stand Pilah Sampah Jadi Berkah dari Gropesh Solo. Saya berfikir, wah bisa jadi bahan ngeblog nih. hehe.
Ketika saya datang, ada mbak-mbak yang sedang mengerjakan sesuatu. Lalu saya lihat-lihat dan akhirnya bisa ngobrol sedikit banyak dengan mbak Denok Marty Astuti selaku Direktur/Leader Gropesh Solo. Beliau mengatakan bahwa mereka ingin mengajak masyarakat untuk tidak menjauhi sampah. Tetapi sampah justru harus dijadikan sahabat. Ketika sampah telah dijadikan sahabat, nantinya sampah itu dapat menjadi jalan keberkahan bagi mereka. Di Solo Raya, hampir semua ada perwakilan Gropesh, kecuali tiga kabupaten. Nantinya tiga kabupaten tersebut akan ada perwakilan tetapi semua perlu proses.
Di stand ini ditampilkan berbagai produk hasil olahan sampah. Semisal berupa celengan yang berbentuk seperti durian yang merupakan hasil olahan sampah kardus. Sampah koran bekas menjadi berbagai bentuk. Sampah bungkus kopi menjadi tas. Dan ditampilkan pula baju dari sampah plastik kresek yang dijual seharga Rp 400.000,-. Selama ini mereka menjual hasil produknya ketika ada pameran, car free day, online shop, dan jalan apa pun yang bisa mereka lakukan.
Selain mengolah sendiri, mereka juga mengajari atau membina masyarakat dalam mengelola sampah. Setidaknya ada 20 kelompok yang mereka bina. Ketika mereka membina, ada beberapa tahap yang mereka lakukan. Ketika pertemuan pertama, mereka tidak melakukan apa pun kecuali sosialisasi dan penyadaran masyarakat. Di pertemuan kedua, mereka mengajari bagaimana membuat pupuk kompos dari sampah organik. Setelah berproses kemudian baru mengolah sampah anorganik menjadi berbagai macam produk. Dan selain itu, mereka membangun bank sampah sebagai "sumber daya" yang bisa mereka olah. Komplit, begitulah yang mereka lakukan tentang sampah.
Semoga saya bisa bergabung dengan komunitas ini, meskipun entah seperti apa nantinya terkait dengan posisi saya sebagai blogger. Saya berharap mereka benar-benar bisa mendapatkan keberkahan melalui jalan berupa sampah dan saya bisa "kecipratan". Karena memang hal yang seperti ini bisa menjadi jalan MLP alias Multi Level Pahala. Siapa sih yang tidak mau mendapat pahala? :)