Semalam, di setiap sudut kota di negeri ini berpesta merayakan detik-detik pergantian tahun. Dan di keesokan harinya, akan selalu saja ada berita tentang sampah yang berserakan hasil pesta pada malam harinya. Dari tahun ke tahun begitu dan begitu terus. Tidak percaya? silakan buka google lalu cari keyword "Sampah tahun baru". Banyak berita tentang hal ini di sana. Tiap tahun baru kok nyampah.
Masyarakat Solo merayakan tahun baru |
Tidak terkecuali di Solo. Dengan diselenggarakannya Car Free Night di sepanjang Jl Slamet Riyadi atau Purwosari-Gladag, para masyarakat yang menikmati malam pergantian tahun banyak yang membuang sampah sembarangan. Bahkan beberapa menit setelah pukul 00.00, ketika ada pasangan muda-mudi ingin melanjutkan duduk di jalan, mereka mengurungkan niat karena banyaknya sampah.
Sampah mewarnai tahun baru |
Saya datang ke lokasi sekitar setengah sebelas malam, jalan tersebut sudah sangat ramai. sampah sudah terbuang di sela-sela kerumunan. Dalam hati saya bertanya, adakah di kerumunan itu para anggota mapala atau pun pecinta lingkungan. Jika mereka ada di sana, apakah mereka ikut membuang sampah sembarangan ataukah nantinya ada aksi bersih-bersih sampah.
Baru saja saya berkesimpulan kalau jawabannya tidak ada, tiba-tiba saya menyatakan kesimpulan saya salah. Saya bertemu dengan Mas Kholil, mahasiswa teknik mesin UMS. Saat itu ia sedang memungut sampah-sampah yang berserakan. Saya salut dengannya karena masih saja ada orang yang mau peduli sedangkan lebih banyak yang tidak peduli. Sebagai anggota mapala, ia telah membuktikan ke-mapala-annya. saya pun malu, karena ia memilih beraksi, sedangkan saya hanya berteori dan mengeluhkan sampah.
Mas Kholil |
Jika kita mengingat pesan Aa Gym, kita sekolah SD selama 6 tahun, SMP 3 tahun, SMA 3 tahun, kuliah 4 tahun, tetapi kita tetap saja belum bisa membuang sampah di tempatnya. Lalu apa yang sudah kita peroleh dari proses belajar selama 16 tahun tersebut? Setiap perayaan tahun baru kita menyebar sampah. Lalu di antara tahun baru ke tahun baru bisa jadi kita juga tidak berproses menjadi pribadi yang baik.
Tiap tahun baru kok nyampah. Semoga ini adalah tahun baru terakhir yang berakhir dengan sampah berserakan. Perayaan tahun baru pasti menyisakan sampah. Pilihan ada pada kita, mau membuang sampah pada tempatnya atau tidak. Jika tidak, berarti kita belum bisa menjadi pribadi dengan akhlak yang baik. Tindakan sebagaimana yang dilakukan Mas Kholil suatu saat tidak perlu ada jika setiap dari kita mau peduli dengan sampah kita masing-masing. Proses ini akan kita jalani selama setahun ke depan. Bukti hasil proses itu akan kita lihat di perayaan tahun baru mendatang. bagaimana, bisa? :)